Kamis Kudus (Maundy Thursday)
Kamis Kudus (Maundy Thursday)
Kamis Kudus, juga dikenal sebagai Maundy
Thursday, merupakan salah satu peringatan paling mendalam dan penuh kesolehan
dalam kalender liturgi Kristen. Jatuh pada hari Kamis sebelum Paskah, hari ini
memperingati perjamuan terakhir Yesus dengan para murid-Nya—Perjamuan
Terakhir—sebelum penyaliban-Nya. Hari ini menghubungkan narasi suci Pekan Suci,
mengundang orang percaya untuk merenungkan tema pengorbanan, pelayanan, dan
penebusan. Maknanya melampaui peringatan sejarah, menawarkan pelajaran abadi
tentang kesederhanaan, kasih, dan kekuatan transformatif dari pengabdian tanpa
pamrih.
Kata "Maundy" berasal dari
kata Latin mandatum, yang berarti "perintah", merujuk pada
instruksi Yesus kepada para pengikutnya selama Perjamuan Terakhir: "Perintah
baru Ku berikan kepada kamu, bahwa kamu mengasihi sesama kamu, seperti Kulah
mengasihi kamu, demikianlah kamu juga harus saling mengasihi" (Yohanes
13:34). Tengara utama dalam peringatan Kamis Kudus adalah pementasan dua
peristiwa penting: Permandian Kaki Yesus dan Penetapan Perjamuan Kudus.
1.
Permandian
Kaki:
Selama Perjamuan Terakhir, Yesus
merendahkan diri dengan membersihkan kaki para murid-Nya, tugas yang biasanya
dilakukan oleh hamba. Seperti yang tercatat dalam Yohanes 13:5, "Ia
menuangkan air ke dalam baskom dan mulai membersihkan kaki para murid, lalu
mengelapnya dengan kain yang terikat di pinggang-Nya." Tindakan ini
melambangkan kesederhanaan yang radikal dan menjadi contoh kepemimpinan sebagai
hamba. Yesus menantang pengikut-Nya untuk menerima kelemahan dan mengutamakan
martabat orang lain, mendorong mereka untuk "melakukan seperti yang
telah Kulakukan kepadamu" (Yohanes 13:15).
2.
Penetapan
Perjamuan Kudus:
Kamis Kudus juga memperingati penetapan
Perjamuan Kudus, atau Komuni Suci. Seperti yang tercatat dalam Lukas 22:19, "Dan
Ia mengambil roti, setelah bersyukur, Ia memecahkannya dan memberikannya kepada
mereka, dengan berkata, 'Inilah jasad-Ku, yang diberikan untukmu. Lakukanlah
ini sebagai peringatan akan Aku.'" Sakramen ini menggambarkan kematian
pengorbanan Yesus dan kebangkitan-Nya, mengundang orang percaya untuk mengingat
dan berpartisipasi dalam misteri kasih dan penebusan-Nya.
3.
Panggilan
kepada Pelayanan dan Kasih:
Di luar peringatan agama, Kamis Kudus
mengajak kita untuk menghadapi paradoks kasih ilahi: seorang Allah yang memilih
kelemahan, pelayanan, dan solidaritas dengan umat manusia. Dalam dunia yang
sering didorong ambisi dan perpecahan, pesan ini menantang kita untuk meninjau
kembali prioritas. Seperti Yesus mengatakan, "Anak Manusia datang bukan
untuk disuguhi, melainkan untuk melayani, dan memberikan nyawa-Nya sebagai
tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28). Kata-kata ini beresonansi
kuat dalam konteks modern, mendorong orang percaya dan pencari untuk memupuk
kasih sayang, menolak kesombongan, dan membangun komunitas yang berakar pada
perawatan salingan.
4.
Penetapan
Keimaman:
Kamis Kudus juga menandai penetapan
keimaman, saat Yesus mempercayakan para rasul untuk melanjutkan misi dan
pelayanan-Nya. Seperti yang tercatat dalam Yohanes 20:21, "Yesus
berkata kepada mereka lagi, 'Damai sejahtera sejahterakan dengan kamu. Seperti
Bapa telah mengutus Aku, demikian pula Aku mengutus kamu.'" Hari ini
mengingatkan peran penting imam dalam Gereja, yang dipanggil untuk melayani dan
memimpin orang percaya dalam semangat Kristus.
5.
Kesimpulan:
Kamis Kudus lebih dari sekadar
peringatan sejarah; ia adalah panggilan untuk bertindak. Ia mendorong kita
untuk menerima model kasih radikal yang diteladani Kristus, melayani orang lain
dengan kesederhanaan, dan menemukan makna dalam perbuatan memberi. Saat kita
merenungkan hari ini, marilah kita membawa semangatnya ke dalam hidup kita,
membiarkan terang teladan Kristus memandu kita menuju masa depan yang penuh
persatuan, pelayanan, dan harapan yang teguh. Sebagai kita memperingati hari
suci ini, marilah kita berusaha mewujudkan semangat kesederhanaan, pelayanan,
dan kasih yang dicontohkan Yesus. Semoga hati kita dipenuhi rasa syukur atas
karunia Perjamuan Kudus dan keimaman, serta memperbarui komitmen kita untuk
mewujudkan perintah-Nya untuk saling mengasihi.
Comments
Post a Comment